Puisi Rindu Sang Ilmuwan Sains

Foto Ayunan di Pantai Tanjung Tinggi, Belitung

Aku titip rindu jauh di dalam kalbu,

ketika muka urung bertatap dan bertemu,

ketika mimpi jauh dari kenyataan dan kelabu,

aku pendam kenyataan itu

bahwa hatiku terpenjara dalam rindu dan sendu.

 

Tak usah lagi kau ragu, sayangku.

Rinduku ini sudah meledak-ledak bagai bom radioaktif Hiroshima.

Semakin besar, lama-lama tak kuat dan tak muat di saku.

Rinduku bercampur dengan sedihku, tak ada reaksi redoks seperti di kimia.

 

Kadang, aku berefleksi dalam diri,

sampai kapan kau dan aku harus menanti.

Aku ini seperti rumus keliling segitiga,

yang membutuhkan keseluruhan 3 panjang sisinya.

 

Bagaimanalah jika rindu ini tak bertemu,

bagaimanalah sinar matamu perlahan redup tak bertalu,

mungkinkah ada saatnya untuk aku

mengucapkan sepucuk surat rindu padamu,

dengan tanda sepercik bubuk mesiu,

agar kau tahu rindu itu meledakkan hatiku.

 

Rindu ini tidaklah wajar,

karena rindu itu menyentuh sampai dasar.

T’lah ku pesan gaun tercantik yang buat gemetar,

bersama wedding organizer terbaik di makassar,

agar rindu itu tak menjadi latar

bagi hidupku yang telah tersasar,

agar rindu itu tak menjadi latar,

untuk motivasiku yang tak lagi bersinar.

 

Jangan tanya berapa dalamnya aku merasa,

karena simponi rindu bukanlah matematika.

Dalamnya, tak ada tandingannya.

Dalamnya, rumus volume kubus terbaik akan sia-sia.

Aku durjana.

Aku merana.

Dalam ratap tangis rindu penuh lara,

mungkinkah kini kau kan ada?

 

Author: handoko92

Keep smiling and thinking, Idea will come suddenly.

Leave a comment